- Waqif (orang yang berwakaf); syaratnya ialah orang yang berhak men-tasharruf-kan benda itu walaupun bukan orang Islam dan dengan kehendak sendiri.
- Mauquf (harta yang diwakafkan); syaratnya kekal zatnya dan kepunyaan orang yang mewakafkan.
- Orang yang menerima wakaf; syaratnya orang yang berhak memiliki sesuatu. Dengan demikian tidak sah berwakaf kepada anak yang masih di dalam kandungan ibunya atau kepada hamba sahaya. Wakaf kepada umum seperti untuk masjid, sekolah, jalan dan sebagainya justru lebih diutamakan.
- Shighat (pernyataan orang yang berwakaf). Jika wakaf itu kepada orang tertentu perlu ada qabul, tetapi jika wakaf itu kepada umum tidak disyaratkan ada qabul.
Wakaf (الْوَقْفُ) menurut bahasa mempunyai
arti (الْحَبْسُ)
menahan atau tahanan.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, wakaf diartikan sebagai benda bergerak atau
tidak bergerak yang disediakan untuk kepentingan umum (Islam) sebagai
pemberian yang ikhlas.
Sedangkan
menurut syara' wakaf ialah menahan harta benda tertentu yang dapat diambil
manfaatnya sedangkan bendanya masih tetap, dan benda itu diserahkan kepada
badan/orang lain dengan maksud untuk mendekatkan diri kepada Allah dan benda
tersebut tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan.
Hukum
waqaf adalah sunnat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Hajj ayat 77.
يَآَيُّهَاالَّذِيْنَ
امَنُوْاارْكَعُوْاوَاسْجُدُوْاوَاعْبُدُوْارَبَّكُمْ
وَافْعَلُواالْخَيْرَلَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat
kemenangan." (Al-Hajj: 77)
Allah
SWT juga befirman di dalam surat Ali Imran ayat 92 yang artinya:
"Kamu sekali-kali belum sampai kepada kebaktian (yang
sempurna) sebelum menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui."
Dalam
sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda:
اِنَّ عُمَرَاَصَابَ
اَرْضًابِخَيْبَرَفَقَالَ يَارَسُوْلَ اللَّهِ مَا تَأْمُرُنِيْ فِيْهَا؟
فَقَالَ: اِنْ شِئْتَ حَبَسْتَ اَصْلَهَاوَتَصَدَّقْتَ بِهَافَتَصَدَّقَ
بِهَاعُمَرُعَلَى اَنْ لَايُبَاعَ اَصْلُهَاوَلَايُوْهَبَ وَلَايُوْرَثَ (متفق عليه)
Artinya:
"Sesungguhnya Umar telah mendapatkan bagian tanah di Khaibar
kemudian bertanya kepada Nabi: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau
perintahkan kepadaku sehubungan dengan tanah tersebut? Nabi menjawab: Jika
engkau menyukai tahanlah tanah itu dengan engkau sedekahkan manfaatnya. Maka
Umar menyedekahkan manfaatnya dengan perjanjian ia tidak akan menjual tanah
tersebut, tidak akan menghibahkan dan tidak akan mewariskannya." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Rukun Waqaf
Rukun
waqaf dan syaratnya masing-masing sebagaimana berikut.
Wakaf
haruslah selama-lamanya, sehingga tidak sah wakaf untuk masa tertentu seperti
dalam masa dua tahun. Wakaf juga harus secara tunai, maka tidak sah wakaf
dengan syarat-syarat tertentu seperti seseorang mewakafkan sesuatu jika
anaknya datang dari luar negeri. Tetapi wakaf tetap sah jika dihubungkan
dengan kematian. Misalnya seseorang akan mewakafkan sawahnya untuk masjid jika
nanti sesudah meninggal. Yang demikian itu menjadi wasiat. Wakaf juga harus
jelas kepada siapa harta itu diwakafkan.
0 komentar:
Posting Komentar