Rabu, 20 Juli 2016

Dinasti Islam di Spanyol

    Pada zaman Khalifah Al Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, telah sukses memperkenalkan islam di Spanyol, bahkan pengaruhnya telah menguasai Afrika Utara. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di masa Khalifah Abdul Malik (685-705) M yang mengangkat Hasan Ibnu Nu'man Al Gassani menjadi Gubernur di daerah itu. Sejarah panjang perjalanan islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:

  1. Periode Pertama (711-755 M)
  2. Wilayah kekuasaan islam di Spanyol
    Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Dalam periode pertama ini, islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan.

  3. Periode Kedua (755-912 M)
  4. Spanyol pada periode ini diperintah oleh seorang yang bergelar Amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Adapun Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Ad-Dakhil, artinya yang masuk Spanyol.

  5. Periode Ketiga (912-1013 M)
  6. Periode ketiga ini berlangsung dari pemerintahan Abdurraahman II dan bergelar An-Nasr sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal dengan sebutan Muluk At Tawaif. Penguasanya disebut dengan gelar khalifah yang dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman An Nasir (951-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M). Pada periode ini, umat islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi daulat Abbasiyah di Bagdad ditandai berdirinya Universitas Cordova.

  7. Periode Keempat (1013-1086 M)
  8. Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja atau Muluk At Tawaif, yang berpusat di suatu kota, seperti Seville, Cordova, Toledo, dan yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Meskipun pada periode ini kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang.

  9. Periode Kelima (1086-1248 M)
  10. Meski islam Spanyol sudah terpecah-pecah pada periode ini, terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Pada periode ini, pengaruh dan perkembangan islam sudah menurun akibat perpecahan di kalangan raja-raja muslim, terutama penguasa sesudah Yusuf Ibn Tasyfui, pendiri Dinasti Murabithun. Tahun 1143 M, kekuasaan Dinasti Murabithun berakhir dan diganti dengan Dinasti Muwahhidin. Daerah Saragoza jatuh ke tangan non-islam, tepatnya tahun 1118 M. Dinasti Muwahhidun pun mengalami kemunduran. Seville pun jatuh pada tahun 1248 M beserta seluruh Spanyol, kecuali Granada lepas dari penguasa islam.

  11. Periode Keenam (1248-1492 M)
  12. Pengaruh dan kekuasaan islam hanya ada di daerah Granada di bawah Dinasti bani Ahmar (1432-1492 M). Dengan ambisinya, Ferdinand dan Isabella (pemimpin sebagian wilayah Spanyol) ingin menguasai Spanyol sepenuhnya dan merebut kekuasaan dari Abu Abdullah (raja terakhir bani Ahmar). Sayang sekali Abu Abdullah tak kuasa menahannya. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat islam di Spanyol yang tidak memiliki lagi pemerintahannya dihadapkan pada dua pilihan, yaitu meninggalkan Spanyol atau beralih agama (selain islam) sehingga pada tahun 1609 M, bisa dikatakan tidak ada lagi umat islam di Spanyol.

    Margiono, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam 3: Lentera Kehidupan. Jakarta: Yudhistira.

0 komentar:

Posting Komentar