Nama
'Saman' diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman. Syair dalam
tarian saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh ataupun Gayo. Pada masa
lalu, tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa
penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga
ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tari
Saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi
menggunakan suara dari penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya
dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi
dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang
pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketetapan
waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari
dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar
dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para
pria.Meskipun demikian tidak ada larangan untuk para wanita menarikan tari
Saman. Sejak tahun 2011, tari Saman ditetapkan sebagai salah satu warisan
budaya tak benda oleh UNESCO.
0 komentar:
Posting Komentar