Sabtu, 02 Januari 2016

ISTIGASAH DAN MUJAHADAH

Kegiatan istigasah yang dilakukan oleh santri di sebuah pondok pesantren
Ketika memiliki hajat dan saat musibah menerpa bangsa, masyarakat nahdliyin akan mengadakan istigasah atau mujahadah, berkumpul dan berdoa kepada Allah Swt. untuk mengabulkan segala hajat serta menyudahi musibah tersebut. Dalam buku Tradisi Orang-Orang NU* disebutkan bahwa istilah istigasah dan mujahadah baru populer pada tahun 95-an ketika kekuasaan Soeharto mencapai puncaknya dan suhu perpolitikan semakin memanas. Untuk menanggapi situasi yang dihadapi, para ulama mengadukan hal tersebut kepada Allah dengan memanjatkan doa bersama yang disebut dengan mujahadah atau istigasah. Mengingat dalam rangkaian doa yang dibaca terdapat redaksi yang mengandung arti meminta tolong kepada makhluk, maka aliran kiri dan kawan-kawannya lantas memvonis kegiatan tersebut sebagai perilaku yang tergolong syirik akbar. Jelas, ini merupakan vonis berbahaya yang ditujukan kepada umat Islam mayoritas dunia. Sebab istighatsah adalah amaliyah yang telah berlaku sejak zaman Nabi Saw.

Istigasah secara bahasa diartikan sebagai meminta pertolongan, sedangkan maksud dari orang yang beristigasah adalah meminta tolong terhadap seseorang agar menghadap kepada Allah supaya Allah menunaikan hajatnya. Perlu ditegaskan bahwa sebagai warga nahdliyin  yang memiliki amaliyah istigasah, kami meyakini dengan sepenuhnya bahwa dalam memohon pertolongan , meminta, memanggil, dan memohon hanya pada Allah semata. Dialah zat yang memberikan pertolongan, bantuan dan yang mengabulkan. Allah berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمْ اُدْعُوْنِى اَسْتَجِبْ لَكُمْ

"dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu." (QS. Al-Mu'min: 60)

Siapapun yang memohon pertolongan kepada makhluk atau meminta bantuan kepadanya, baik makhluk  itu masih hidup atau sudah mati dengan meyakini bahwa makhluk itu sendiri secara independen bisa memberi manfaat dan bahaya tanpa izin Allah berarti ia telah musyrik. Namun Allah memperbolehkan makhluk untuk saling memohon pertolongan dan bantuan. Allah juga menyuruh orang yang diminta pertolongan untuk segera memberikan bantuan. Hadis-hadis yang menjelaskan masalah ini sangat banyak, yang seluruhnya menunjukkan perintah membantu orang yang menderita, menolong orang yang membutuhkan dan menghilangkan kesusahan. Dan Nabi Saw. adalah figur paling agung yang menjadi media untuk memohon pertolongan kepada Allah dalam menghilangkan kesusahan dan memenuhi kebutuhan.

**H. Munawwir Abdul Fattah, Tradisi Orang-Orang NU. Pustaka Pesantren Cetakan Tahun 2006.


Sumber: Firdaus, M. dkk. 2014. Potret Ajaran Muhammad dalam Sikap Santun Tradisi & Amaliyah NU. Kediri: Sumenang.

0 komentar:

Posting Komentar